Analisis
Novel Bako
Oleh
:
Nama
: Rosi Dayanti
Nim
: 16017014
Kelas
: B
Sastra
Indonesia
Fakultas
Bahasa dan Seni
Universitas
Negeri Padang
2016
A. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema
dari novel ini adalah kehidupan didaerah minangkabau, yang kental akan adat dan
istiadat.
2. Tokoh dan Penokohan
·
Aku
Dalam
tokoh ini aku adalah tokoh utama yang sering di panggil Man oleh tokoh lain
dalam cerita. Ia menderita cacat pada fisiknya namun tetap tidak menyerah untuk
menjalani kehidupan.
Karakter
tokoh aku adalah :
Baik.
Rasa
ingin taunya yang tinggi. Bukti : “aku betul-betul ingin mengetahui segalanya”
( Bako : 12)
Tegar.
Bukti : “ada satu hal yang harus diterima dan tidak dapat tidak: nasib” ( Bako
: 25) .
Ikhlas.
Bukti : “Ibuku tidak merasa bersalah sedikitpun dan aku tidak
pula ingin menyalahkannya” ( Bako :25)
Menerima
dan tidak mudah putus asa. Bukti : “dan kuterima pula kenyataan ini eengan hati
yang tak kalah tentramnya”. ( Bako : 26). “memang kita sebagai manusia harus
berusaha. Tetapi tidak setiap usaha akan membuahkan hasil yang baik” ( Bako :
25)
Pintar
dan rajin. Bukti :”tetapi aku memang berusaha belajar dengan rajin dan sekuat
mungkin. Dan ini bisa meembawa hasil yang mengembirakan. Aku naik kelas juga,
bahkan dengan angka yang lumayan bagus. Sekali waktu pernah aku mendapat
kedudukan juara. ( Bako:50)
Sabar.
Bukti : “ .. Aku tidak memberikan perlawanan , kecuali didalam hati dan
bersabar.”( Bako : 64)
Rendah
hati. Bukti : “ku terima segala pemberian umi dngan rendah hati”( Bako : 73)
·
Ayah
Ayah
merupakan orang tua dari tokoh Aku.
Karakternya
yaitu:
Pantang
menyerah. Bukti : “Aku berusaha selalu mengobatimu kedokter. Tapi hasil yang
didapat selalu saja belum mengembirakan.
Penyayang.
Bukti : “ Aku amat menyayangi kau sebagaimana aku menyayangi ibu kau. Dan aku
sendiri.”
Bertanggung
jawab. Buktinya : “
Tenang.
Buktinya
:” ia cuma tenang-tenang dan biasa-biasa saja.( Bako: 13)
Arif.
Buktinya :”Dan ayahku memang arif sekali terhadap ini. ( Bako :23 )
Emosi
yang tinggi. Bukti:”ayahku terlebih dahulu memberikan pukulan tambahan
kekepalanya. “kurang ajarr! Binatang!,hardiknya garang” ( Bako :77)
·
Ibu
Penyayang.
Bukti : “ Ternyata ia memang mencintaiku. Ia mencintai anak-anaknya”( Bako: 36)
Keras kepala. Bukti :” “Marilah makan
bersama-sama, Bu” ajakku. “Tidak, aku sudah makan. Gila !” jawabnya. Dan jawaban seperti ini senantiasa ia ucapkan
ketika aku mengajaknya.”( Bako:42)
Kurang
waras. Buktinya :” meenyusu kepada ibu yang tidak waras, ..” ( Bako : 24)
Penyendiri.
Bukti :”ibuku tidak begitu tertarik pada uasana kebersamaan”( Bako :43)
·
Umi
Baik.
Bukti :”umi mnyuguhkan makanan pagi untukku.( Bako:64)
Rajin
beribadah. Bukti :”ia memang lancar menterjmahkan ayat-ayat Alqur’an”( Bako
:57)
Sabar. Buktinya : “... Dan ia menyambutnya dengan
sabar.”( Bako: 29)
Terpandang
dan disegani. Bukti :”dikampung, ia adalah seorang yang terpandang, dan
disegani”( Bako:56)
Berharta.
Bukti :”ia mempunyai beberapa jnjang sawah-pusaka”( Bako :57)
Penyayang.
Bukti :”dan setelah itu ia akan brtambah sayang saja padaku.”( Bako: 60)
Tidak
pelit. Bukti “untunglah umi tidak pelit, jauh skali dari kikir”( Bako : 63)
Bertanggung
jawab. Bukti :”ia bertanggung jawab dngan uapannya itu.” (Bako :65)
·
Nenek
Yaitu
ibu dari ibu sang tokoh aku.
Baik.
Perhatian.
Buktinya
: “... mempunyai hati yang lapang dan memperhatikan anak-anaknya secara baik
dan wajar.”( Bako : 23)
·
Bak Tuo
Kakak
dari ayah kandung ayah tokoh aku.
Pengangguran,suka
mengambil yang bukan haknya. Kurang baik akhlaknya. Bukti: “ Dan bak tuo,
sebagai laki-laki pensiunan Kepala SD, menghabiskan sisa hidupnya ddirumah
tanpa pekerjaan yang berarti. “kurang ajar!! Selalu saja seperti itu. Mengambil
uang orang, tidak bermoral. ...” ( Bako: 77)
Penjudi
. Buktinya : “bak touku, laki-laki penjudi itu, tidak banyak berada dirumah.”(
Bako : 80)
Perokok
dan sudah terserang penyakit. Bukti :”ia perokok dan peminum kopi yang berat.
Sehingga ia diserang penyakit tbc” ( Bako : 83)
Dahulu
amat arif sikapnya. Bukti :”... masa lalu baktuoku lebih banyak bersifat arif”
( Bako : 92)
·
Gaek
Laki-laki
dari keluarga lain yang tali persaudaraannya hampir sudah tidak jelas lagi.
Baik.
Bukti : “ gaekku tidak cuma membawaku kepaar seprti itu. Ia juga mengajakku
kemana aku suka.”( Bako: 94)
Berhati
mulia dan tahu diri. Bukti :” gaek itu mempunyai hati yang mulia. Ia tahu
diri,...” ( Bako : 97)
Kuat
dan rajin. Bukti :”tidak saja kuat, tetapi juga rajin”( Bako: 99)
3. Latar
·
Latar tempat
Dirumah.
Bukti
:”jikalau seseorang masuk dari pintu
depan, almari itu akan terlihat jelas” ( Bako: 11)
Daerah
P
Bukti
: “ia lebih menghabiskan waktunya dari kota ke kota lain dan terakhir dikota P
( Bako : 42)
Daerah
PP. Tempat asal ayah dari tokoh aku. Tempat kehidupan bako dari tokoh aku.
Pincuran.
Bukti :” mencuci piring ddipincuran ... “( Bako : 33)
Sawah.
Bukti :” Berjalan diatas pematang, menurun dan mendaki beberapa puluh meter,
setelah itu ia akan amapai di sawah keepunyaan umi “ ( Bako : 43)
Rumah
nenek. Buktinya:”dan ketika besok seperti yang dijanjikan, aku kerumah nenek
lagi”( Bako:48)
Terminal.
Bukti :”ada, ayah. Diterminal”.(Bako:53)
Dapur.
Bukti : “dan ibuku memang langsung saja kedapur”.( Bako : 53)
Halaman.
Bukti : adik-adikku bermain dihalaman.( Bako: 54)
Pincuran.
Bukti :”
·
Latar suasana
Memilukan.
Bukti :”terdengar lembut dan menyayat, terkaang memilukan.( Bako : 13)
Sunyi.
Bukti ”menimpali sunyi yang menghadang bebrapa saat”( Bako:54)
Damai.
Bukti :” dan tiba-tiba terasa kampung kian damai, indah, asyik”( Bako: 55)
Tegang.
Bukti “umi telah lari kesudut rumah dengan perasaan gemetar, tubuh menggigil. Dan beberapa jenak kemuian rumah jadi ramai
orang kampung berdatangan.”( Bako : 77)
·
Latar waktu
Pagi
menuju siang. Bukti : “memang aku pulang cepat, ayah. Aku Cuma sekolah sampai
pukul sepuluh”(Bako :12)
Siang
hari. Bukti : “setelah meletakkan segala kepeluan mengajar ditempat semula, ia
tidak langsung makan siang atau sholat
zuhur.” (Bako: 12)
Senja.
Bukti :”senja-senja, sepulang mandi dipancuran ia mengajakku bercakap”(Bako:
13)
Subuh.
Bukti :”ia selalu saja berjalan disubuh buta.”(Bako:43)
Pagi
hari. Bukti :”... apakah ia betul-betul sekedar berjalan-jalan pada pagi hari
dan menghirup udara segar ?”( Bako: 44)
Hari
minggu. Bukti :” Pada hari minggu acapkali kami pergi keladang.”( Bako : 56)
Malam
hari. Bukti” karna aku belajar pada malam hari,
dan artinya aku harus bermalam disurau.”(Bako :60)
4. Alur
Alur
yang digunakan dalam novel ini yaitu
alur mundur karna tokoh Aku menceritakan kehidupan masa lalu keluarganya .
5. Sudut Pandang
Sudut
pandang dalam novel ini adalah orang pertama pelaku utama. Yaitu dengan
penggunaan kata “aku” oleh penulis.
6. Gaya Bahasa
Didalam
novel ini terdapat penggunaan bahasa minang. Buktinya : “hai tumbuang, waang
anak urang manumpang, pandai-pandai pulo mampagarahkan
anak urang lain”
Dan
ada juga penggunaan majas-majas.
Buktinya
:
Majas
personifikasi “bintang dan bulan seperti terus-menerus menyapa manusia dibumi.(
Bako, 45)
Majas
asosiasi “Seperti keabaian matahari terbit ditimur, setiap manusia keluar dari satu
rahim”( Bako :48)
“aku
bagaikan angin memuntahkan kepiluan yang menggunung diulu hatiku” ( Bako :45)
“Ada
bunyi jangkrik yang bersahut-sahutan, hampir hilang ditelan suara katak yang
entah merindukan apa”( Bako : 102)
7. Amanat
·
Jangan mengabaikan
masa dan hari muda, jika tidak ingin sia-sia dimasa tua.
·
Ikhlaslah akan nasib yang telah digariskan,
jangan berputus asa dan menyerah pada hidup.
·
Jalinlah silaturahmi
antar keluarga dengan baik.
·
Taatlah pada
aturan agama, jalankan perintah dan jauhi larangan-Nya.
·
Jangan menilai
seseorang hanya dari penampilan fisiknya saja tetapi lihat pada hati dan
akhlaknya.
B. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai agama
Nilai
agama dalam novel ini terlihat dari tokoh ayah
yang selalu memberi nasehat agama.
Bukti
: “ketika aku sudah menyadari apa yang terjadi secara lebih sungguh-sungguh,
yang aku lakukan adalah selalu saja berlindung diri pada Tuhan. Percayalah Man,
apapun yang kita kerjakan disini , tak terlepas dari pngamatan Allah”, nasehat
ayahku. ( Bako : 26)
2. Nilai Budaya dan Adat Istiadat
Nilai
budaya dan adat istiadat minang kabau
terasa sangat dominan dalam novel ini, karena penulis novel ini
merupakan orang Sumatera Barat.
Buktinya
:
“....
sementara aku dibawa kerumah Bako ( keluarga sepertalian dengan ayah ) (Bako :
16)
“Adalah
amat langka, bahkan tidak ada , seorang
suami membawa suami ke rumah orang tuanya. Apalagi kalau sang istri bukan
prmpuan yang berasal dari kampung itu sendiri.( Bako: 17)
3. Nilai Ekonomi
Nilai
ekonomi terlihat pada kehidupan didaerah
lingkungan hidup tokoh-tokoh
cerita.
Bukti
:”di kampung, seseorang yang akan beristri haruslah laki-laki yang sudah memiliki pekerjaan
tetap. Bertani, mengalas atau atau bekerja pada pemerintah misalnya. Harus
jelas. ( Bako : 17)
4. Latar belakang pengarang
Darman Moenir (lahir di Sawah Tangah,
Pariangan, Tanah Datar, Sumatera
Barat, 27
Juli 1952; umur
64 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia. Darman berpendidikan Sekolah Seni
Rupa Indonesia serta berkuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Prayoga, Jurusan
Bahasa Inggris, Padang.
<[1]
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Darman_Moenir
)
Terlihat dari latar belakangnya, novel ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan hidup pengarang.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar