Pages - Menu

Selasa, 15 November 2016

Analisis Novel Bako karya Darman Moenir



Analisis Novel Bako


Oleh :
Nama :  Rosi Dayanti
Nim : 16017014
Kelas : B

Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
2016

A.    Unsur Intrinsik
1.      Tema
Tema dari novel ini adalah kehidupan didaerah minangkabau, yang kental akan adat dan istiadat.

2.      Tokoh dan Penokohan
·         Aku
Dalam tokoh ini aku adalah tokoh utama yang sering di panggil Man oleh tokoh lain dalam cerita. Ia menderita cacat pada fisiknya namun tetap tidak menyerah untuk menjalani kehidupan.
Karakter tokoh aku adalah :
Baik.
Rasa ingin taunya yang tinggi. Bukti : “aku betul-betul ingin mengetahui segalanya” ( Bako : 12)
Tegar. Bukti : “ada satu hal yang harus diterima dan tidak dapat tidak: nasib” ( Bako : 25) .
Ikhlas. Bukti : “Ibuku tidak merasa bersalah sedikitpun dan aku  tidak  pula ingin menyalahkannya” ( Bako :25)
Menerima dan tidak mudah putus asa. Bukti : “dan kuterima pula kenyataan ini eengan hati yang tak kalah tentramnya”. ( Bako : 26). “memang kita sebagai manusia harus berusaha. Tetapi tidak setiap usaha akan membuahkan hasil yang baik” ( Bako : 25)
Pintar dan rajin. Bukti :”tetapi aku memang berusaha belajar dengan rajin dan sekuat mungkin. Dan ini bisa meembawa hasil yang mengembirakan. Aku naik kelas juga, bahkan dengan angka yang lumayan bagus. Sekali waktu pernah aku mendapat kedudukan juara. ( Bako:50)
Sabar. Bukti : “ .. Aku tidak memberikan perlawanan , kecuali didalam hati dan bersabar.”( Bako : 64)
Rendah hati. Bukti : “ku terima segala pemberian umi dngan rendah hati”( Bako : 73)
·         Ayah
Ayah merupakan orang tua dari tokoh Aku.
Karakternya yaitu:
Pantang menyerah. Bukti : “Aku berusaha selalu mengobatimu kedokter. Tapi hasil yang didapat selalu saja belum mengembirakan.
Penyayang. Bukti : “ Aku amat menyayangi kau sebagaimana aku menyayangi ibu kau. Dan aku sendiri.”
Bertanggung jawab. Buktinya : “
Tenang.
Buktinya :” ia cuma tenang-tenang dan biasa-biasa saja.( Bako: 13)
Arif. Buktinya :”Dan ayahku memang arif sekali terhadap ini. ( Bako :23 )
Emosi yang tinggi. Bukti:”ayahku terlebih dahulu memberikan pukulan tambahan kekepalanya. “kurang ajarr! Binatang!,hardiknya garang” ( Bako :77)
·         Ibu
Penyayang. Bukti : “ Ternyata ia memang mencintaiku. Ia mencintai anak-anaknya”( Bako: 36)
 Keras kepala. Bukti :” “Marilah makan bersama-sama, Bu” ajakku. “Tidak, aku sudah makan. Gila !” jawabnya.  Dan jawaban seperti ini senantiasa ia ucapkan ketika aku mengajaknya.”( Bako:42)
Kurang waras. Buktinya  :” meenyusu  kepada ibu yang tidak waras, ..” ( Bako : 24)
Penyendiri. Bukti :”ibuku tidak begitu tertarik pada uasana kebersamaan”( Bako :43)
·         Umi
Baik. Bukti :”umi mnyuguhkan makanan pagi untukku.( Bako:64)
Rajin beribadah. Bukti :”ia memang lancar menterjmahkan ayat-ayat Alqur’an”( Bako :57)
Sabar.  Buktinya : “... Dan ia menyambutnya dengan sabar.”( Bako: 29)
Terpandang dan disegani. Bukti :”dikampung, ia adalah seorang yang terpandang, dan disegani”( Bako:56)
Berharta. Bukti :”ia mempunyai beberapa jnjang sawah-pusaka”( Bako :57)
Penyayang. Bukti :”dan setelah itu ia akan brtambah sayang saja padaku.”( Bako: 60)
Tidak pelit. Bukti “untunglah umi tidak pelit, jauh skali dari kikir”( Bako : 63)
Bertanggung jawab. Bukti :”ia bertanggung jawab dngan uapannya itu.” (Bako :65)
·         Nenek
Yaitu ibu dari ibu sang tokoh aku.
Baik.
Perhatian.
Buktinya : “... mempunyai hati yang lapang dan memperhatikan anak-anaknya secara baik dan wajar.”( Bako : 23)
·         Bak Tuo
Kakak dari ayah kandung ayah tokoh aku.
Pengangguran,suka mengambil yang bukan haknya. Kurang baik akhlaknya. Bukti: “ Dan bak tuo, sebagai laki-laki pensiunan Kepala SD, menghabiskan sisa hidupnya ddirumah tanpa pekerjaan yang berarti. “kurang ajar!! Selalu saja seperti itu. Mengambil uang orang, tidak bermoral. ...” ( Bako: 77)
Penjudi . Buktinya : “bak touku, laki-laki penjudi itu, tidak banyak berada dirumah.”( Bako : 80)
Perokok dan sudah terserang penyakit. Bukti :”ia perokok dan peminum kopi yang berat. Sehingga ia diserang penyakit tbc” ( Bako : 83)
Dahulu amat arif sikapnya. Bukti :”... masa lalu baktuoku lebih banyak bersifat arif” ( Bako : 92)
·         Gaek
Laki-laki dari keluarga lain yang tali persaudaraannya hampir sudah tidak jelas lagi.
Baik. Bukti : “ gaekku tidak cuma membawaku kepaar seprti itu. Ia juga mengajakku kemana aku suka.”( Bako: 94)
Berhati mulia dan tahu diri. Bukti :” gaek itu mempunyai hati yang mulia. Ia tahu diri,...” ( Bako : 97)
Kuat dan rajin. Bukti :”tidak saja kuat, tetapi juga rajin”( Bako: 99)


3.      Latar
·         Latar tempat
Dirumah.
Bukti :”jikalau  seseorang masuk dari pintu depan, almari itu akan terlihat jelas” ( Bako: 11)
Daerah P
Bukti : “ia lebih menghabiskan waktunya dari kota ke kota lain dan terakhir dikota P ( Bako : 42)
Daerah PP. Tempat asal ayah dari tokoh aku. Tempat kehidupan bako dari tokoh aku.
Pincuran. Bukti :” mencuci piring ddipincuran ... “( Bako : 33)
Sawah. Bukti :” Berjalan diatas pematang, menurun dan mendaki beberapa puluh meter, setelah itu ia akan amapai di sawah keepunyaan umi “ ( Bako : 43) 
Rumah nenek. Buktinya:”dan ketika besok seperti yang dijanjikan, aku kerumah nenek lagi”( Bako:48)
Terminal. Bukti :”ada, ayah. Diterminal”.(Bako:53)
Dapur. Bukti : “dan ibuku memang langsung saja kedapur”.( Bako : 53)
Halaman. Bukti : adik-adikku bermain dihalaman.( Bako: 54)
Pincuran. Bukti :”
·         Latar suasana
Memilukan. Bukti :”terdengar lembut dan menyayat, terkaang memilukan.( Bako : 13)
Sunyi. Bukti ”menimpali sunyi yang menghadang bebrapa saat”( Bako:54)
Damai. Bukti :” dan tiba-tiba terasa kampung kian damai, indah, asyik”( Bako: 55)
Tegang. Bukti “umi telah lari kesudut rumah dengan perasaan gemetar, tubuh menggigil.  Dan beberapa jenak kemuian rumah jadi ramai orang kampung berdatangan.”( Bako : 77)
·         Latar waktu
Pagi menuju siang. Bukti : “memang aku pulang cepat, ayah. Aku Cuma sekolah sampai pukul sepuluh”(Bako :12)
Siang hari. Bukti : “setelah meletakkan segala kepeluan mengajar ditempat semula, ia tidak langsung makan siang atau  sholat zuhur.” (Bako: 12)
Senja. Bukti :”senja-senja, sepulang mandi dipancuran ia mengajakku bercakap”(Bako: 13)
Subuh. Bukti :”ia selalu saja berjalan disubuh buta.”(Bako:43)
Pagi hari. Bukti :”... apakah ia betul-betul sekedar berjalan-jalan pada pagi hari dan menghirup udara segar ?”( Bako: 44)
Hari minggu. Bukti :” Pada hari minggu acapkali kami pergi keladang.”( Bako : 56)
Malam hari. Bukti” karna aku belajar pada malam hari,  dan artinya aku harus bermalam disurau.”(Bako :60)


4.      Alur
Alur yang digunakan dalam  novel ini yaitu alur mundur karna tokoh Aku menceritakan kehidupan masa lalu keluarganya .

5.      Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel ini adalah orang pertama pelaku utama. Yaitu dengan penggunaan kata “aku” oleh penulis.

6.      Gaya Bahasa
Didalam novel ini terdapat penggunaan bahasa minang. Buktinya : “hai tumbuang, waang anak urang manumpang, pandai-pandai pulo mampagarahkan anak urang lain”
Dan ada juga penggunaan majas-majas.
Buktinya :
Majas personifikasi “bintang dan bulan seperti terus-menerus menyapa manusia dibumi.( Bako, 45)
Majas asosiasi “Seperti keabaian matahari terbit ditimur, setiap manusia keluar dari satu rahim”( Bako :48)
“aku bagaikan angin memuntahkan kepiluan yang menggunung diulu hatiku” ( Bako :45)
“Ada bunyi jangkrik yang bersahut-sahutan, hampir hilang ditelan suara katak yang entah merindukan apa”( Bako : 102)
7.      Amanat
·         Jangan mengabaikan masa dan hari muda, jika tidak ingin sia-sia dimasa tua.
·          Ikhlaslah akan nasib yang telah digariskan, jangan berputus asa dan menyerah pada hidup.
·         Jalinlah silaturahmi antar keluarga dengan baik.
·         Taatlah pada aturan agama, jalankan perintah dan jauhi larangan-Nya.
·         Jangan menilai seseorang hanya dari penampilan fisiknya saja tetapi lihat pada hati dan akhlaknya.

B.     Unsur Ekstrinsik
1.      Nilai agama
Nilai agama dalam novel ini terlihat dari tokoh ayah  yang selalu memberi nasehat agama.
Bukti : “ketika aku sudah menyadari apa yang terjadi secara lebih sungguh-sungguh, yang aku lakukan adalah selalu saja berlindung diri pada Tuhan. Percayalah Man, apapun yang kita kerjakan disini , tak terlepas dari pngamatan Allah”, nasehat ayahku. ( Bako : 26)

2.      Nilai Budaya dan Adat Istiadat
Nilai budaya dan adat istiadat minang kabau  terasa sangat dominan dalam novel ini, karena penulis novel ini merupakan  orang Sumatera Barat.
Buktinya :
“.... sementara aku dibawa kerumah Bako ( keluarga sepertalian dengan ayah ) (Bako : 16)
“Adalah amat langka, bahkan  tidak ada , seorang suami membawa suami ke rumah orang tuanya. Apalagi kalau sang istri bukan prmpuan yang berasal dari kampung itu sendiri.( Bako: 17)
3.      Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi terlihat pada kehidupan didaerah  lingkungan  hidup tokoh-tokoh cerita.
Bukti :”di kampung, seseorang yang akan beristri haruslah  laki-laki yang sudah memiliki pekerjaan tetap. Bertani, mengalas atau atau bekerja pada pemerintah misalnya. Harus jelas. ( Bako : 17)

4.      Latar belakang pengarang
Darman Moenir (lahir di Sawah Tangah, Pariangan, Tanah Datar, Sumatera Barat, 27 Juli 1952; umur 64 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia. Darman berpendidikan Sekolah Seni Rupa Indonesia serta berkuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Prayoga, Jurusan Bahasa Inggris, Padang. <[1]
Terlihat dari latar belakangnya, novel ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidup pengarang.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Popular Posts

Mengenai Saya

Foto saya
Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Just a Pluviophile | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com